Al-Hal
الحال

Hal adalah isim nakirah yang manshub (yang difatahkan baris akhirnya) untuk menjelaskan keadaan si pelaku (fa’il) atau si penderita (maf’ul) ketika terjadinya suatau perbuatan (fi’il).
Adapun fi’il atau maf’ul yang menjelaskan hal keadaannya itu dinamakan sebagai shahib al-hal (الحال) dan shahibul hal itu harus selalu dalam keadaan ma’rifah.
Contoh:
جاء القائد منتصرا (منتصرا: حال منصوبة بالفتحة)
Kata “منتصرا” pada kalimat di atas adalah untuk menjelaskan keadaan bagaimana datangnya sipelaku yaitu kata “القائد”.

شربت الماء صافيا (صافيا: حال منصوبة بالفتحة)
Kata “صافيا” pada kalimat di atas adalah untuk menjelaskan keadaan bagaimana sipelaku minum air yaitu kata “الماء”.

حضروا جميعا (جميعا: حال منصوبة بالفتحة)
Kata “جميعا” pada kalimat di atas adalah untuk menjelaskan keadaan bagaimana sipelaku hadir, pelaku pada kalimat di atas adalah waw jama'ah.

Jenis-Jenis Hal
Hal mempunyai tiga jenis:
1) Isim zhahir sebagaimana pada contoh-contoh di atas
  • Isim zhahir yang posisinya sebagai hal biasanya dalam bentuk sifat yang nakirah (seperti: قائم, ظاهر, منتصر, سالم, حسن, مكتوب, محبوب, مكروه).  Dan sifat ini menjadi mutankilan artinya tidak harus menjadi sebagai yang disifati baginya, bahkan dia itu menunjukkan kepada keadaannya waktu terjadi suatu perbuatan saja. Maka dia menyesuaikan shahibul hal pada jenis dan bilangan.
    Contoh:
عادت الطائرة سالمةً – عادت الطائرتان سالمتَيْنِ - عادت الطائرات سالمةً (سالمات)
  • Dan terkadang al-hal itu ada mashdar yang nakirah atau isim jamid yang nakirah (dan ini sedikit).
    Contoh:

ينفقون أموالهم سرا وعلانية (سرا: مصدر، حال منصوبة بالفتحة – علانية: مصدر، حال منصوبة بالفتحة)
سرنا يدا بيد (يدا: اسم جامد نكرة وهي حال منصوبة بالفتحة)
  • Dan asal pada al-hal itu hanya ada dalam bentuk nakirah, dan terkadang ada juga dalam bentuk ma’rifah (yaitu adanya alif lam atau di idhafahkan kepada ma’rifah) dan ini sedikit.
    Contoh:

اجتهدْ وحدك (وحد: حال منصوبة بالفتحة والكاف ضمير مبنى في محل جر مضاف إليه)

2) Syibhu jumlah (zharaf atau jar dan majrur)
Contoh:
رأيت الطائرة بين السحاب (بين السحاب: شبه جملة من ظرف ومضاف إليه حال)
حضر القائد بِزيِّه الرسمي (بِزيِّ: جر ومجرور حال)

3) Jumlah ismiyah dan fi’liyah
Contoh:
استيقظتُ والشمسُ ساطعةٌ (الشمس ساطعة: جملة اسمية حال)
سار الطفل يبكي (يبكي: جملة فعلية حال)

Dan disyaratkan pada kalimat yang posisinya sebagai Hal untuk menambahkan penghubung yang menghubungkan Hal dengan shahib Hal. Maka penghubung ini terkadang ada dalam bentuk huruf waw saja (yang dinamakan sebagai waw hal) atau dhamir atau huruf waw dan dhamir.
Contoh:
سار الطفل وهو يبكي

Ada juga kadang-kadang posisi hal itu bisa didahulukan dari shahib hal, seperti pada contoh di bawah ini:

مسرعًا سار الرجل – فجأةً هب الريح
يقع باطلاً كل شرط يخالف أحكام القانون

Dan ada juga kadang-kadang jumlah hal dalam satu kalimat itu lebih dari satu, seperti pada contoh di bawah ini:
حضر القائد ظافرًا ضاحكًا
((فكلوه هنيئا مريئا))

Fi'il dan shahib Halnya itu kadang-kadang boleh atau wajib dibuang.
Maka sebagai contoh boleh membuang fi’il dan shahib halnya seperti pada ucapan (كيف جئتَ؟) Dijawab (راكبا).  Sebenarnya sebelum kalimat “راكبا” itu ada kata yang ditakdirkan yaitu “جئتُ”.

Dan juga sebagai contoh wajib membuang  fi’il dan shahib halnya saperti pada kalimat di bawah ini: 

((تتبع هذه التعليمات من الآن فصاعدا))  صاعدا: حال 

Pada kalimat di atas, fi’il dan shahib halnya itu telah dibuang dan sebenarnya sebelum kata “صاعد” itu ada yang ditakdirkan yaitu: 
((تتبع هذه التعليمات من الآن والزمن يسير صاعدا))

Sumber: Mulakhas Qawa'idul Lughah Al-'Arabyah (Fu'ad Ni'mah), hal. 75-78

Post a Comment

 
Top